Terpanggil Bukan Di Panggil

LIONS FIDELLY CASTRO FIDRATAN

                                              AKU MENGANGKAT ENGKAU UNTUK
MEMBANGUN DAN MENANAM
(YER. 1:10)

KU PERSEMBAHKAN
TULISAN SINGKAT INI:
                  KEPADA TEMAN-TEMAN SERTA SAHABAT-SAHABATQ TERKASIH

TEMAN-TEMAN BARISAN YANG DENGAN SENANTIASA, MEMBANGUN DISKUSI BERSAMA PENULIS, DALAM MENGGAGAS PARADIGMA BARU POLA PENDIDIKAN DALAM  KERANGKA PIKIR AKADEMISI.

BAGI PARA SENIOR, YANG TELAH MELETAKAN DASAR PIKIR SEBAGAI SEBUAH PISAU ANALISIS DALAM MEMBEDAHKAN SEMUA KONFLIK YANG TERJADI DALAM “TUBUH”.

TULISAN SEDERHANA INI SEBAGAI BENTUK DEDIKASI TERHADAP ALAMAMATER TERCINTA, STT GPI FAKFAK

NURANI MENGGUGAT



Keutamaan berbagi dan memberi bukan kepada mereka yang dicintai, tetapi berbagi kepada mereka yang membutuhkan.

Tak perlu mengharap imbalan ketika hendak berbagi. Karena imbalan itu sudah pasti kamu dapatkan, yaitu kebahagiaan dan ketentraman hati.

Kenapa kita seringkali  gagal???  Karena kita  terlalu banyak berencana dan terlalu sedikit berpikir.

Jangan biarkan orang lain menghalangimu untuk mengejar impianmu. Tetap berjuang, dan percayalah, semua akan indah pada waktunya.

Genggamlah bumi sebelum bumi menggengam anda, pijaklah bumi sebelum bumi memijak anda, maka perjuangkanlah hidup ini sebelum anda memasuki perut bumi.

Kebesaran seseorang  tidak  terlihat ketika   Dia berdiri dan memberi perintah, tetapi ketika dia berdiri sama tinggi dengan orang lain, dan membantu orang lain untuk mencapai yang terbaik dari diri mereka.

Maut bukanlah kehilangan terbesar dalam hidup. Kehilangan terbesar adalah apa yang mati dalam sanubari sementara kita masih hidup

Selain kata-kata diatas, Yesus mengajarkan kita untuk takut pada mereka yang dapat menghancurkan jiwa dan bukan mereka yang dapat menghancurkan jasmani. Tapi aku dulu memang tidak tahu banyak tentang Alkitab dan akhirnya pengetahuan yang benar tentang Yesus Kristus tumbuh dan aku kembali kepada-Nya. Aku berdoa agar tulisanku yang singkat ini bisa mencerahkan mereka yang membacanya terutama bagi  teman-teman, saudara-saudara, yang siap menjadi pelayan. Untuk mereka di kampung dan pedalaman. Bagi mereka yang dikucilkan dan dipinggirkan, aku nyatakan bahwa Allah adil dalam karya-Nya.
Bagi mereka yang mencoba membenarkan “kesalahan” , tak ada hal lain yang lebih hebat di banding Alkitab dalam memberikan inspirasi bagimana hidup rasional dan  komplit.
Akhir kata,,,,Ilmu bertumbuh dalam Anugerah Allah yang berfariasi
        
PENGANTAR
            Dalam era globalisasi sekarang ini, laju dunia dengan segala percepatan aktivitas membuat manusia hidup dalam suatu pola rutinitas. Kemajuan teknologi dengan segala kecanggihannya membuat manusia, sadar maupun tidak, terperosok dalam mekanisme kecanggihan teknologi tersebut. Pada mulanya segala teknologi diciptakan untuk melayani kebutuhan manusia namun sekarang semuanya seakan terbalik. Manusia ada dan berada dalam mekanisme roda perputaran kecanggihan teknologi itu sendiri. Pada akhirnya kehidupan manusia justru ada untuk melayani mekanisme zaman dalam rutinitasnya,  manusia dituntut untuk dapat mengejar waktu.
            Waktu begitu berharga sehingga dalam ketidaktahuannya para pelayan seakan dibawa pada dimensi individualisme kemanusiaannya dan semakin jauh daripada fitrahnya, untuk bersaksi dan melayani. Ini menjadi suatu bentuk tanda-tanda zaman yang sudah sejogyanya disikapi dengan arif oleh kita semua, terkhusus bagi Persekutuan Kristen. Kita tidak dapat menghindari perkembangan ini. Wajah gereja (Persekutuan Kristen) tidak hanya dilihat dari dimensi religiusitasnya saja tetapi juga sebagai dimensi sosial. Alasannya  dimensi persaudaraan yang ada untuk saling menopang, saling memperhatikan, menolong, dan sebagainya seakan telah terkikis dan dimaknai pada suatu tujuan dan kepentingan pribadi semata. Pendek kata, semuanya hanya “di bibir” saja tanpa makna apa-apa. Arti pelayanan telah mengalami degradasi pada titik yang krusial.  Bagaimanakah kita akan menyikapinya? Bagaimana seharusnya kita maknai sebagai sebuah persekutuan yang hadir untuk saling menopang, sehingga didalam kepelbagaian talenta dari setiap individu, kita dapat mensinergikannya pada suatu pelayanan yang lebih baik.
            Pada kerangka berpikir seperti itulah maka penulis mengedepankan  “Proses belajar. Supaya pelayanan dapat  didudukkan pada porsi dan pemaknaan dalam kerangka teologi yang tepat agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Bukan hanya di dalam persekutuan Kristen kotawi saja melainkan pada jemaat dikampung dan pedalaman. 
Seorang yang melayani Tuhan tentunya juga seorang yang meresponi panggilan Tuhan. Ada yang dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya sebagai penginjil atau pendeta; ada juga yang dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya di bidang hukum, pendidikan, bisnis,  ekonomi, sosial, medis, dll. Masing-masinganak Tuhan harus menggumuli secara serius untuk menemukan dan meresponi panggilan Tuhan tersebut dalam hidupnya. Tidak ada seorang pun yang dapat memaksakan panggilan Tuhan itu. Namun perlu diwaspadai mengenai kata “panggilan”, karena kata agung ini telah dicemari oleh hal-hal yang tidak bertanggung jawab. Hal ini mirip seperti kata “beban” yang kerap kali dipakai oleh banyak orang Kristen akhir-akhir ini.
Bagi mereka, “beban” diidentikkan dengan kesukaan pribadi, padahal definisi beban berarti sesuatu yang berat yang Tuhan perintahkan agar kita menjalankannya. Beban dikaitkan dengan orang dan tujuan dari beban tersebut. Misalnya, orang yang katanya terbeban menggembalakan. Perlu dipertanyakan, siapa yang digembalakan dan orang yang digembalakan tersebut dan yang digembalakan itu mau menjadi seperti apa? Seperti kata beban yang sudah banyak diselewengkan, maka kata “panggilan” pun banyak diselewengkan. Misalnya ada yang berkata, “Saya terpanggil untuk menjadi pendeta .” Pertanyaan saya, benarkah ia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi pendeta? Saya memang tidak berhak menghakimi orang itu, karena itu menjadi tanggung jawab pribadinya di hadapan Tuhan. Namun yang saya soroti adalah apakah orang Kristen yang berkata bahwa itu panggilan Tuhan benar-benar merupakan panggilan Tuhan ataukah ia hanya merasa ’’dipanggil Tuhan”. Ataukah istilah “panggilan” itu hanya sekedar  untuk menutupi motivasi yang ingin cepat kaya. Sekali lagi, jangan salah mengerti, saya TIDAK sedang menghakimi motivasi orang, saya hanya menyajikan suatu refleksi saja untuk direnungkan bersama.
Semua orang diberi kesempatan untuk melayani, namun  belum tentu semua orang bisa menjadi pelayan yang baik. Salah satu aspek yang bisa dilihat adalah bagaimana seorang pelayan mampu menunjukan aplikasi imannya sekaligus menjadi virus bagi orang-orang disekitarnya, baik itu dalam keluarga maupun kepada umatnya dan kepada dunia. Bertolak dari gagasan ini maka perlu kita mereflesikan kembali kisah dalam Alkitab tentang Abraham di panggil. Kata “pergilah” (bhs Ibrani: Halak) adalah perintah, amanat, perutusan yang sakral dan kudus  karena termuat makna teologi yang amat indah. Allah menyertai dan didalamnya mengandung berkat dari Allah. Abraham begitu setia atas perintah itu, sekalipun ia sendiri belum mengenal Allah. Tidak ada jawaban dari rahasia itu semuanya merupakan inisiatif kemahakuasaan Allah yang tidak dapat diselami oleh pikiran manusia. Makna lain yang dapat kita temukan adalah unsur harapan dari Allah. Latar belakang manusia yang telah jatuh kedalam dosa, maka melalui Abraham akan lahir suatu sejarah  umat pilihan Allah dan kehidupan yang baru.
Adalah menarik ketika kita menyimak perkembangan problema hidup saat ini terkhususnya pelayanan yang dilakukan pada Lembaga GPI Papua, yang pada akhir-akhir ini banyak menjadi konsumsi publik dengan berbagai tafsir dan prespektif yang beragam. Menarik pula, karena wacana ini tidak hanya menjadi sajian bagi para tokoh-tokoh gereja intern semata, tetapi juga bagi kalangan masyarakat umum. Fenomena ini tentu sangatlah berbeda ketika berada pada konteks Abraham. Pemanggilan dan perutusan Abraham tidaklah diwarnai dengan mudahnya perjalanan itu. Terkadang bila tidak ingin dikatakan seringakali dibawa Tuhan pada jalan yang melingkar. Ia harus bergumul dalam ketidak- tahuannya terhadap rencana Allah.
“Tuhan inilah aku utuslah aku” akta pengakuan yang selalu diucapkan oleh para hamba-hamba Tuhan saat ada dalam ritual ibadah Penabisan Pendeta. Adalah sebuah ikrar kudus tentang pengakuan melaksanakan pengutusan  pembritaan Injil. Ini menunjukan bahwa seorang pendeta siap ditempatkan dimana saja. Namun kenyataan yang ditemukan saat  ini ada kalimat pendek yang bertentangan dengan pengakuan diatas, yaitu: disitu tempat basah kah...? Pelayanan sering di identik dengan materi, tanpa uang rasa jenuh, bosan dan tidak semangat pemicu faktor penghambat pelayanan. Dampak dari itu umat mulai membandingkan antar pelayanan si A dengan pelayanan si B yang menjurus kepada perbandingan gereja-gereja. Alasannya umat saat ini membutuhkan perhatian, yaitu kreatifitas pelayanan bukan sebuah wacana yang tersusun rapi dalam sebuah buku maupun  dalam setiap khotbah-khotbah dan renungan.
Seiring bergeraknya waktu persoalan ini kurang mendapat perhatian serius. Dalam pembahasan umum, sidang, rapat, maupun diskusi bersama. Solusinya hanya sebatas wacana publik, tanpa tindakan lebih lanjut itupun kalau dilakukan apabila masalah itu sudah hangat menjadi bahan konsumsi public. Mengapa masalah ini kurang mendapat perhatian? Disebabkan oleh berbagai kecurangan, kepentingan kelompok dan pribadi lebih ditonjolkan untuk tujuan popularitasnya.
Yang lebih ironis,  munculnya penilaian subjektif berlebihan, yang  mengarah pada sebuah kelulusan dari lembaga pendidikan. Dan  pada akhirnya sudah menjadi tradisi bahwa orientasi kelulusan STT GPI Papua Fakfak lebih banyak mengarah pada kampung dan pedalaman. Apakah karena mereka tidak mampu? Dan apakah mereka lebih cocok  atau karena yang lain tidak mampu? Ataukah karena mereka tidak memiliki  pengaruh, kolot, kampungan sehingga harus disisihkan ditempat yang demikian? ataukah karena Alumni yang belum di orbitkan pada Lembaga Sinodal? Semua diam seribu bahasa, wajah pelayananan pun meratap, bagaimanakah kita menyikapinya? Jawaban pasti, Allahlah yang akan berperkara untuk memberikan keadilan dan kebenaran diatas tanah ini.  



  

Komentar

Postingan populer dari blog ini